Beranda | Artikel
Kisah Ashabul Ukhdud
Selasa, 12 Oktober 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Kisah Ashabul Ukhdud adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Furqan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 5 Rabiul Awal 1443H / 11 Oktober 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Kisah Ashabul Ukhdud

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كَانَ مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَيَّ غُلَامًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلَامًا يُعَلِّمُهُ

“Ada seorang raja dari kaum sebelum kalian yang mempunyai tukang sihir. Ketika sudah tua tukang sihir ini berkata kepada raja tersebut: ‘Aku sudah tua, utuslah kepadaku seorang anak muda yang aku akan ajarkan sihir kepadanya.’ Maka raja tersebut mengutus seorang anak muda kepadanya untuk diajarkan sihir.”

Sebagian pemimpin (baik dulu sampai sekarang) menggunakan sebagian tukang sihir untuk menyelesaikan sebagian urusan mereka. Tentunya perbuatan mereka ini adalah perbuatan yang haram dan tercela.

Tukang-tukang sihir adalah orang-orang yang suka merusak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَىٰ مَا جِئْتُم بِهِ السِّحْرُ ۖ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ

“Ketika mereka melemparkan tongkat dan tali, Musa berkata: ‘Yang kalian datangkan adalah sihir, sesungguhnya Allah akan membatalkannya’ Sesungguhnya Allah tidak akan memperbaiki amalan orang-orang yang merusak.” (QS. Yunus[10]: 81)

Dalam kisah ini kita tahu bahwa orang-orang yang membawa kebatilan juga mencari murid-murid untuk meneruskan kesesatannya. Maka orang yang membawa kebenaran tidak boleh diam, hendaknya terus berdakwan mengajarkan ilmu, mempunyai murid juga untuk menyampaikan kebenaran, tidak terputus.

Tukang sihir ini bukannya taubat, tapi dia justru ingin mempunyai murid. Padahal ini merupakan keburukan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

من سن سنة سيئة، كان عليه وزرها، ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء

“Orang yang memberikan contoh yang jelek, dia akan mendapatkan dosanya. Dan dia juga akan menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)

Ini merupakan ancaman dari Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada orang yang mengajarkan kesesatan/keburukan, mencontohkan kejelekan. Begitu juga orang yang berfatwa dengan fatwa yang salah, dia berkata dengan perkataan yang menyimpang tentang Allah, tentang Islam, tentang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tentang Al-Qur’an, kemudian diajarkan. Dia akan diikuti oleh murid-muridnya dan dia akan mendapatkan dosa.

Lanjutan kisahnya..

فَكَانَ فِي طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلَامَهُ فَأَعْجَبَهُ فَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ حَبَسَنِي أَهْلِي وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ حَبَسَنِي السَّاحِرُ

“Ketika anak muda itu berjalan, dia berjumpa dengan Rahib. Kemudian dia duduk mendengarkan nasihat Rahib dan dia merasa takjub/tartarik. Kemudian setiap kali dia mendatangi tukang sihir selalu melewati tukang sihir itu dan selalu duduk mendengarkan Rahib. Ketika terlambat mendatangi tukang sihir, maka dia dipukul. Kemudian dia mengadukan perkaranya kepada Si Rahib. Kemudian Rahib berkata: ‘Kalau kau takut kepada tukang sihir, maka katakan bahwa aku dihalangi oleh keluargaku. Dan kalau engkau takut kepada keluargamu, maka katakan bahwa aku dihalangi oleh tukang sihir.”

Kemudian, suatu saat ketika dia mau lewat, ternyata ada binatang buas yang menghalangi manusia. Kemudian dia berkata: “Hari ini aku akan tahu siapa yang lebih utama, apakah tukang sihir atau Si Rahib.” Dia mengambil batu dan berkata: ‘Ya Allah, sekiranya urusan Si Rahib ini lebih Engkau cintai daripada tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini supaya manusia bila lewat.’ Setelah dia lempar ternyata binatang tersebut berhasil dia bunuh. Akhirnya manusia bisa melewati jalan tersebut.

Kemudian anak muda tadi mendatangi Rahib dan mengabarkan kisah tadi. Rahib berkata kepada anak muda tadi: “Wahai anakku, engkau sekarang lebih utama dariku. Dan sesungguhnya engkau telah sampai pada perkara yang aku sangka. Engkau akan mendapatkan ujian. Apabila engkau diuji, jangan engkau memberitahu tentang diriku.”

Di sini kita tahu bahwa setiap kebaikan pasti ada ujiannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia mengira mereka dibiarkan begitu saja mengucapkan ‘kami beriman’ dan mereka tidak diuji?” (QS. Al-Ankabut[29]: 2)

Anak muda yang shalih tadi diberi karomah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal raja dan tukang sihir tadi ingin agar anak muda tersebut menjadi wali setan. Tapi Allah berkehendak lain, yaitu Allah ingin agar anak muda ini menjadi wali Allah. Dan kita harus meyakini bahwa selain mukjizat, ada namanya karomah. Allah berikan kepada orang-orang yang shalih.

Anak muda tadi bisa menyembuhkan penyakit buta dan kusta. Dia bisa mengobati manusia dari berbagai penyakit. Sampai teman duduknya si raja yang buta mendengar tentangnya. Kemudian dia datang membawa banyak sekali hadiah. Dia berkata: “Hadiah-hadiah ini saya peruntukkan untukmu jika engkau bisa menyembuhkan aku dari kebutaan.”

Kemudian anak muda tadi berkata:

إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ

“Aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, yang bisa menyembuhkan hanya Allah. Kalau seandainya engkau beriman kepada Allah maka aku berdoa kepada Allah untukmu dan Allah menyembuhkan engkau.” Maka dia beriman kepada Allah dan Allah sembuhkan dia.

Anak muda tadi berdakwah, mengambil kesempatan dari butuhnya manusia ini untuk mendakwahkan dengan dakwah tauhid. Bahwa yang menyembuhkan hanya Allah.

Kemudian kisah berikutnya..

Setelah sembuh, teman raja itu mendatangi raja seperti biasa, kemudian dia duduk. Si raja bertanya: “Siapa yang menyembuhkan matamu?” Dia menjawab: “Rabbku, Allah.”

Raja kaget dan berkata: “Apakah kau punya Tuhan selainku?” Temannya menjawab: “Rabbku dan Rabbmu adalah Allah.” Akhirnya dia ditangkap lalu disiksa sampai dia bercerita.

Bagaiman lanjutan kisahnya? Simak pada menit ke-21:10

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50855-kisah-ashabul-ukhdud/